Friday, 17 January 2014

PEMBUATAN KRIPIK DAN BAKSO TEMPE JAGUNG

PROFIL USAHA
PEMBUATAN KRIPIK DAN BAKSO TEMPE JAGUNG


OLEH :
AYOE DWIE ( 432 10 004 )
EKA SATRIANI ( 432 10 012 )
CLEMENSIA KEBAN ( 432 10 019 )
FATMAWATI ( 432 10 028 )
PEMBIMBING: MUHAMMAD SALEH., S.T, M.Si.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2013


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan salah satu komoditi pertanian kedua terbesar setelah beras. Jagung mengandung banyak senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh seperti protein, lemak, kalsium (Ca) , fosfor (P), vitamin, dan senyawa lainnya. Sekarang ini, belum banyak  produk olahan jagung. Jagung pada umumnya hanya dijadikan sebagai pakan ayam dan pembuatan makanan ringan.
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah dikenal di Indonesia yang umumnya menggunakan bahan baku kedelai yang diolah secara fermentasi dengan menggunakan ragi tempe sebagai sumber mikroba Rhizopus. Pembuatan tempe merupakan hasil usaha/industri rakyat dan diminati oleh masyarakat karena memiliki kandungan protein yang tinggi serta kandungan nutrisi yang tersedia yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia ( Astawan, 2008 ). Dalam beberapa tahun belakangan ini produksi kedelai terus merosot sedangkan kebutuhan terhadap kedelai untuk membuat tempe masih relative besar. Menurut Ali (2008), kebutuhan kedelai dalam negeri sebesar 2 juta ton/tahun sebanyak 1,4 juta ton dipenuhi dari impor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian membuat tempe dengan bahan baku jagung kuning.
Produk tempe jagung dapat diolah menjadi beberapa produk antara lain : keripik tempe jagung dan bakso tempe jagung. Keripik umumnya dibuat dari ubi kayu dan tempe kedelai. Bakso adalah jenis makanan yang sangat popular, ditemui mulai dari restoran hingga pedagang keliling. Bahan utama yang diperlukan dalam membuat bakso adalah jagung, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas ( ayam, itik). Pada kegiatan ini akan dibuat produk olahan jagung kuning menjadi produk yang lebih mempunyai kualitas plus dengan memperhatikan beberapa aspek gizi dari jagung kuning yang digunakan pada produk akhir yang dihasilkan.                      
B.     Tujuan
       1. Mampu memahami dan mengaplikasikan pemanfaatan jagung kuning sebagai bahan baku pembuatan              tempe
       2. Mampu memahami dan mengaplikasikan pemanfaatan tempe sebagai bahan baku pembuatan kripik               tempe    jagung dan bakso tempe jagung
       3. Mampu menciptakan suatu usaha yang bermanfaatan bagi kelangsungan suatu perusahaan dan bagi                kebutuhan masyarakat.
C.    Deksripsi Rencana Industri
Perencanaan usaha dalam skala industri rumah tangga ini akan memanfaatkan jagung sebagai bahan dasar dalam pembuatan kripik tempe dan bakso tempe dengan lebih awal membuat tempe dari jagung. Produk ini akan memenuhi dan meningkatkan daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi jagung secara langsung dengan meningkatkan aspek pengolahannya. Mengingat Indonesia khususnya Sulawesi yang merupakan daerah utama penghasil jagung, maka dari itu diperlukan peningkatan aspek pengolahan jagung untuk menghasilkan produk yang banyak disukai konsumen karena adanya peningkatan nilai tambah pada rasa selain diketahui bahwa jagung mengandung banyak nilai gizi. Untuk menunjang semua itu, maka diperlukan rencana industri sehingga usaha ini nantinya akan lebih terarah.
Proses pembuatan  produk ini sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya. Bahan-bahan yang diperlukan pun mudah diperoleh sehingga hal ini akan mempermudah proses produksi. Namun ,hasil yang diperoleh dapat meningkatkan sifat fungsional jagung serta dapat meningkatkan nilai ekonominya.
Selain itu, produk ini tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan karena limbah yang dihasilkan hanya berupa air buangan rebusan jagung dan air bekas pencucian peralatan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa usaha ini ramah lingkungan.
      Rencana lokasi untuk industri juga sangat menunjang dalam suatu usaha karena hal ini merupakan suatu acuan penting dalam memperkenalkan produk dan  mempermudah interaksi dengan masyarakat. Lokasi yang kami rencanakan sebagai tempat industri merupakan tempat yang strategis, mudah dijangkau dan ramai sehingga kami memilih lokasi industri di Jl. Politeknik (workshop).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku.

Gambar 1.1 Buah Jagung
Selain mengandung karbohidrat, banyak senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan terkandung didalamnya, antara lain  protein, lemak, kalsium (Ca) , fosfor (P), vitamin dan senyawa lainnya.
1.        Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
No.
Komponen
Kadar
1.
Energi (kkal)
355
2.
Protein (gr)
9,2
3.
Lemak ( gr)
3,9
4.
Karbohidrat (gr)
73,7
5.
Fosfor (mg)
256
6.
Kalsium ( mg)
10
7.
Vitamin A (SI)
510
8.
Ferrum (mg)
2,4
9.
Vitamin B1 (mg)
0,38
10.
Air (gr )
12

2.         Manfaat jagung
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam jagung sangat bermanfaat bagi kesehatan, antara lain:
      a.       Zat Gizi Pemberi Energi atau Zat Gizi Energitika
Zat pemberi gizi terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein. Ketiga zat ini dalam proses oksidasi di    dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk panas. Tubuh akan mengubah panas menjadi energi gerak  atau mekanis. Energi yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan kalori. Energi ini diubah oleh tubuh menjadi  tenaga untuk aktivitas otot.
      b.       Zat Gizi Pembentuk Sel Jaringan Tubuh atau Plastika
Zat gizi pembentuk sel jaringan tubuh terdiri dari protein, berbagai mineral, dan air. Meskipun protein  termasuk juga kelompok energitika, fungsi pokoknya adalah untuk membentuk sel jaringan tubuh.
      c.       Zat Gizi Pengatur Fungsi dan Reaksi Biokimia di dalam Tubuh atau Zat Gizi Stimulansia 
Zat gizi ini berupa berbagai macam vitamin. Fungsi vitamin mirip dengan fungsi hormon.      Perbedaannya, hormon dibuat di dalam tubuh, sedangkan vitamin harus diambil dari makanan.
B.       Tempe Jagung
Tempe makanan bergizi Indonesia, merupakan sumber protein nabati cukup penting bagi masyarakat. Kandungan gizi tempe mampu bersaing dengan bahan pangan non nabati seperti daging, telur, dan ikan, baik kandungan protein, vitamin, mineral maupun karbohidrat. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila tempe sangat digemari, karena selain bergizi juga murah.
Pembuatan tempe yang diketahui sebagian masyarakat hanya dengan bahan dasar kedelai. Dalam penelitian ini membuat tempe dengan bahan dasar jagung. Dalam mengolahnya  juga seperti pembuatan tempe biasanya.
1.        Kandungan Gizi Pada Tempe
a.       Asam Lemak 
Selama  proses  fermentasi  tempe,  terdapat  tendensi  adanya  peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acids PUFA) meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak  jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh.
b.      Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam  tempe  antara  lain  vitamin  B1 (tiamin),  B2  (riboflavin),  asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6 (piridoksin), dan B12 (sianokobalamin).
c.       Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Kapang tempe  dapat  menghasilkan  enzim  fitase  yang  akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (sepertibesi,  kalsium,  magnesium,  dan  zink)  menjadi lebih  tersedia  untuk dimanfaatkan tubuh.
d.      Antioksidan
Didalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk  isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas.
2.         Manfaat Tempe:
a.       Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna sehingga baik untuk mengatasi diare.
b.      Mengandung  zat  besi,  flavoid  yang  bersifat  antioksidan  sehingga menurunkan tekanan darah.
c.       Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal bebas, baik bagi penderita jantung.
d.      Penanggulangan  anemia.
e.       Anemia  ditandai  dengan  rendahnya  kadar hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), Seng (Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut terkandung dalam tempe.
f.       Anti  infeksi.  
g.      Hasil  survey  menunjukkan  bahwa  tempe  mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R. Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan kejadian infeksi.
h.      Daya hipokolesterol.
i.        Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.
j.        Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.
k.      Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi) beserta  berbagai  penyakit  yang  menyertainya,  baik  infeksi  maupun degeneratif.
l.        Mencegah timbulnya hipertensi.
m.    Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah osteoporosis.
C.       Kripik Tempe Jagung
Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi masyarakat. Ini menunjukkan indikasi bahwa diversifikasi pangan sangat diperlukan untuk mendukung pemantapan swasembada pangan. Dari kondisi ini maka harus dapat dipenuhi dua hal, yaitu penyediaan bahan pangan dan diversifikasi olahan pangan.
Dengan tuntutan tersebut maka dilakukan peningkatan daya guna jagung dengan membuat tempe dari jagung kemudian ditingkatkan lagi menjadi keripik tempe jagung.

D.    Bakso Tempe Jagung
Bakso atau biasa disebut baso merupakan salah satu makanan populer Indonesia yang sangat digemari oleh berbagai kalangan. Dibuktikan dengan tersebarnya penjual bakso diberbagai desa dan kota di Indonesia, dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Namun, dewasa ini muncul isu yang beredar dikalangan masyarakat Indonesia akan bakso yang mengandung bahan – bahan pengawet berbahaya bagi tubuh. Oleh karena itu perlu diciptakan produk bakso baru yang inovatif dan kreatif supaya dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap bakso berbahaya menjadi bakso yang menyehatkan.
Bakso adalah jenis bola daging yang lazim dalam masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka.  Akan tetapi, pada penelitian ini kami akan membuat bakso dari tempe jagung yang terlebih dahulu ditepungkan untuk mendapatkan tepung tempe jagung yang selanjutnya akan digunakan untuk mensubstitusi daging dalam pembuatan bakso.
Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Bakso :
No.
Komponen
Kadar
1.
Energi (kkal)
190
2.
Protein (gr)
10,3
3.
Lemak ( gr)
6,3
4.
Karbohidrat (mg)
23,1
5.
Fosfor (mg)
0
6.
Zat besi ( mg)
6,75
7.
Vitamin C ( mg)
4
8.
Kalsium (mg)
35



BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
A.    Permintaan dan Penawaran
Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah  penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi masyarakat.  Ini menunjukkan indikasi bahwa diversifikasi pangan sangat diperlukan  untuk mendukung pemantapan swasembada pangan.  Dari  kondisi ini maka harus dapat dipenuhi dua hal, yaitu penyediaan bahan pangan dan diversifikasi olahan pangan. 
Salah satu sumber bahan pangan pengganti beras yang mempunyai potensi yang baik adalah jagung.  Agroindustri  dengan bahan baku jagung saat ini  sudah banyak beredar secara luas, seperti minyak jagung, sirup jagung dan gula jagung. Akan tetapi untuk aplikasi dimasyarakat teknologi tersebut  sulit dilaksanakan karena  memerlukan teknologi tinggi. Dalam kondisi produksi yang terus meningkat, harapan untuk menjadikan jagung sebagai bahan pangan nusantara cukup rasional, mengingat kandungan gizinya cukup tinggi. Namun, hingga saat ini minat masyarakat terhadap pangan berbasis jagung masih rendah.
Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat tentang nilai gizi jagung, tampilan produk pangan dari jagung yang kurang menarik, dan adanya anggapan bahwa jagung hanya dikonsumsi oleh masyarakat berekonomi lemah. Oleh karena itu, perlu sosialisasi ke masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan mulai dari informasi komposisi nutrisi, unsur pangan fungsional (nilai tambah) dan karakteristik fisikokimianya. Sebagai tanaman pangan yang mengandung manfaat untuk kesehatan, khasiat jagung antara lain sebagai pembangun otot dan tulang, baik untuk otak dan sistem syaraf, mencegah konstipasi, menurunkan risiko kanker dan jantung, mencegah gigi berlubang, serta minyaknya dapat menurunkan kolesterol darah.
Ketersediaan makanan pokok bagi seluruh masyarakat dalam sebuah negara sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM negara tersebut, sehingga pemenuhan kebutuhan akan makanan pokok menjadi penting. Subandi et al. (1998), menyebutkan bahwa kebutuhan akan pangan karbohidrat yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk sulit dipenuhi dengan hanya mengandalkan produksi padi, mengingat terbatasnya sumber daya terutama lahan dan irigasi.
Dengan usaha ini, maka permintaan masyarakat terhadap kebutuhan jagung akan meningkat karena peningkatan aspek pengolahan jagung yang kami lakukan.
Pemanfaatan jagung sebagai bahan dasar pembuatan tempe yang selanjutnya akan dibuat menjadi kripik dan bakso yang meningkatkan minat masyarakat terhadap produk ini.
B.     Rencana Pemasaran
Sebagai mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang yang melaksanakan usaha ini maka rencana pemasaran produk ini diawali dengan pengenalannya produk ditempat-tempat umum mudah dijangkau yaitu Politeknik Negeri Ujung Pandang. Setelah itu, pengenalan produk akan dilanjutkan menuju ke area-area yang cukup ramai dikunjungi banyak kalangan seperti sekolah, kampus, pantai, industri-industri pangan dan area yang memenuhi kriteria lokasi jual lainnya. Harga yang ditawarkan kepada konsumen relatif terjangkau sehingga dapat meningkatkan minat masyarakat untuk membeli atau mengonsumsi produk ini.
      Akan dilakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang nilai gizi jagung sehingga konsumen akan lebih tertarik terhadap produk yang dihasilkan.


BAB IV
ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGIS
A.          Penentuan Kapasitas Optimal Produksi (Daya Serap Pasar dll)
Minat konsumen terhadap produk ini diharapkan tinggi sehingga produsen dapat memproduksi produk kripik tempe jagung dan bakso tempe jagung ini sesuai dengan minat konsumen mengingat produk ini mengandung nilai gizi tinggi bukan hanya sebagai snack semata. Selain itu, harga yang ditawarkan pun relatif murah dan terjangkau.
B.           Perencanaan Jumlah Produksi dan Manajemen Persediaan
Perkiraan banyak jumlah produk yang dibuat dalam tiga hari, satu minggu, satu bulan, dan satu tahun.
1.      Kapasitas produk yang direncanakan
a.       Untuk produk keripik tempe jagung
9 kg/3 hari = 150 bungkus/3 hari
                        Sehingga produksi tiap bulannya :
                                    90 kg/bulan = 1500 bungkus/bulan
         sehingga kapasitas produksi untuk satu tahun:
                     90 kg x 12 bulan = 1080 kg
                     1080 kg/60 gram = 18000 bungkus/tahun
         Catatan : 1 bungkus kripik tempe jagung = 60 gram
b.      Untuk produk bakso tempe jagung
12 kg bakso/minggu = 30 bungkus/minggu
Sehingga, kapasitas produksi untuk satu bulan :
            30 bks x 4 minggu = 120 bungkus/bulan
Sehingga, kapasitas produksi untuk satu tahun :
            120 bks x 12 bulan = 1440 bungkus/tahun
2.      Sumber bahan baku
Bahan baku yang digunakan adalah jagung cincang yang diperoleh dari pasar tradisional yang berada di kota Makassar. Sehingga , bahan baku yang diperoleh dianggap tersedia selama proses produksi berlangsung. Harganya juga murah dan mudah diperoleh.
C.          Pemilihan Teknologi (Diagram Alir, Tahapan Proses Produksi, Neraca Massa proses pengolahan)
1.      Pembuatan Tempe Jagung kuning


2.      Pembuatan keripik Tempe Jagung kuning


3.       Pembuatan Bakso Tempe Jagung kuning


4.      Analisa

5.      Bahan Baku dan Bahan Penunjang
Bahan baku : Jagung kuning
Bahan penunjang :
a.       Untuk kripik : tepung beras, tepung kanji, santan cair, minyak goreng, bawang putih, kemiri, kunyit, ketumbar, garam dapur, minyak goreng, plastik kemasan, label.
b.      Untuk bakso : air bersih, garam dapur, putih telur, bawang putih, tepung kanji, air es, plastik kemasan, label.
6.      Kebutuhan Mesin dan Peralatan
Pembuatan produk ini membutuhkan : fermentor yang dilengkapi dengan bohlam, baskom, spatula, panci, kompor, plastik gula, kipas angin, blender, wajan, saringan, oven

7.      Lokasi Industri dan Desain Bagunan
Lokasi industri akan membantu dalam pengenalan produk kepada konsumen dan akan memudahkan penjualan jika lokasi yang dipilih strategis.Lokasi industri ini berada di Jl.Politeknik atau yang lazim disebut workshop. Lokasi ini dipilih karena dekat dengan kampus sehingga tempat ini ramai dikunjungi oleh masyarakat dan terjangkau oleh kendaraan.
Desain bangunan untuk industri ini juga disusun teratur sesuai dengan urutan produksi dimana setiap ruangannya tersusun mulai dari ruangan penerimaan bahan baku, ruang preparasi bahan baku, ruang produksi, ruang pengemasan, dan ruang penyimpanan produk.
8.      Tata Letak Industri




9.         Desain Bagunan

Keterangan:
1 = Ruang Penyimpanan Bahan Baku
2 = Ruang Preparasi Bahan Baku
3 = Ruang Produksi
4 = Ruang Pengemasan
5= Ruang Penyimpanan Produk

10.     Desain Label Kemasan
a.       Kripik

b.      Bakso


11.  Aspek lingkungan, ekonomi dan social
Produk makanan keripik dan bakso ini merupakan makanan bernutrisi dan merupakan salah satu variasi komsumsi di kalangan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen untuk mengkomsumsi produk tersebut, dan disisi lain dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dari makanan tersebut. Manfaat di dirikannya usaha ini bagi masyarakat sekitar dan lingkungan yaitu menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar dan menghidupkan warung – warung di sekitarnya agar omset penjualannya laris dengan adanya produk ini. Selain itu, juga memiliki manfaat bagi pemerintah daerah yaitu memberi contoh kepada masyarakat lainnya untuk ikut serta menciptakan lapangan kerja baru.
Pengembangan usaha makanan keripik dan bakso dengan skala usaha kecil menengah memiliki prospek yang cukup baik, mengingat potensi pasarnya sangat mendukung. Selain itu, bahan baku yang digunakan adalah tempe, dimana tempe merupakan salah satu makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia
Pengembangan usaha ini tidak hanya melihat potensi pasar saja namun juga melihat akan pentingnya jajanan yang enak dan bernilai gizi tinggi yang beredar di masyarakat. Makanan keripik dan bakso ini juga memilki harga yang terjangkau sehingga seluruh kalangan masyarakat mampu membeli makanan tersebut.
Dari segi lingkungan, makanan keripik dan bakso ini tidaklah memberikan dampak kerusakan bagi lingkungan. Hal ini disebabkan produk yang di hasilkan ini tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dan tidak menghasilkan sisa dari bahan baku karena keseluruhan bahan yang di gunakan tidak ada yang terbuang semuanya terpakai sehingga tidak akan mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
Adapun limbah yang dihasilkan yaitu limbah cair dan padat. limbah cair yang dihasilkan dari pembuatan produk makanan ini merupakan limbah yang berasal dari air pencucian bahan baku dan perebusan bakso dimana limbah bahan baku dan produk tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan sekalipun di buang di lingkungan tidak akan menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Selain itu, limbah cair yang berasal dari penggorengan keripik yaitu minyak goreng dapat di gunakan sebagai campuran pakan ternak seperti pakan ternak anjing dan babi. Sedangkan untuk limbah padatnya yang berupa plastic pembungkus tempe dapat di buang pada tempat sampah yang sudah di sediakan memang oleh pemerintah karena jika plastic di buang sembarangan di lingkungan akan mencemari lingkungan karena sifat dari plastic yang tidak dapat terurai di dalam tanah sehingga nantinya akan terjadi penumpukan sampah.


BAB V
ASPEK MANANAJEMEN OPERASIONAL
Usaha ini merupakan suatu usaha yang baru pertama kali akan dikelolah sehingga masih tergolong dalam usaha yang kecil yang tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan juga tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Walaupun usaha ini masih tergolong sederhana tetapi juga memerlukan suatu struktur yang tepat agar sistem kerja di dalamnya lebih terkontrol dan terarah. Maka dibutuhkan tenaga ahli yang mampu membuat produk tersebut sesuai dengan bidang yang dikelolah oleh perusahaan kami. Adapun struktur yang diperlukan dalam usaha ini adalah bagan struktur organisasi. Dengan 4 tenaga kerja yang ahli juga akan merangkap sebagai karyawan yang nantinya akan terbagi berdasarkan divisinya atau fungsinya masing-masing. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi untuk usaha industry sekarayu :

A.          Tenaga Kerja
Secara struktural, fungsi tenaga kerja ahli yaitu mengontrol dan mengarahkan sistem kerja setiap divisi yang dijabati. Adapun fungsi masing – masing setiap jabatan adalah sebagai berikut:
           1)      Direktur : sebagai ketua dari usaha ini akan memiliki fungsi lebih yaitu    mengontrol dan mengarahkan            seluruh sistem kerja setiap divisi.
           2)      General manager : mengatur pekerjaan dan mengevaluasi pekerjaan yang sudah selesai
           3)      Divisi produksi : memproduksi barang atau jasa
           4)      Divisi packing : bertanggung jawab dalam menerapkan kegiatan yang sesuai dengan sistem
           5)      Divisi pemasaran: bertanggung jawab untuk mengatur strategi pemasaran
           6)      Divisi keuangan: bertanggung jawab dalam mengelolah keuangan


BAB VI
ASPEK EKONOMI FINANSIAL
A.          Analisis Biaya (jumlah investasi, biaya produksi, harga pokok dan harga jual)
       Daftar harga barang dan bahan yang digunakan:
1.      Daftar barang yang dipakai
No.
Nama barang
Jumlah
Harga (Rp)
1.
Timbangan
1 buah
30.000
2.
Baskom
2 buah
20.000
3.
Panci
1 buah
300.000
4.
Kompor
1 buah
350.000
5.
Sendok
1 lusin
20.000
6.
Saringan
2 buah
80.000
7.
Piring
1 lusin
50.000
8.
Pisau
5 buah
100.000
9.
Blender
1 buah
300.000
10.
Fermentor
1 buah
200.000
11.
Alat pengepres kemasan
1 buah
250.000
Jumlah
1.700.000
2.      Daftar bahan habis pakai per bulan keripik jagung
No.
Nama bahan
Jumlah
Harga (Rp)
1.
Jagung
40 kg
280.000
2.
Ragi
1 bungkus
5.000
3.
Tepung beras
2,5 kg
25.000
4.
Kanji
2 kg
20.000
5.
Santan
1 liter
20.000
6.
Minyak goring
5 liter
60.000
7.
Bawang putih
½ kg
10.000
8.
Kemiri
45 butir
45.000
9.
Kunyit
5 gr
1.000
10.
Ketumbar
5 bungkus
5.000
11.
Plastic tempe
1 bungkus
7.000
12.
Kemasan dan desain
100 lembar
50.000
Jumlah
438.000




3.      Daftar bahan habis pakai per bulan untuk bakso
No.
Nama bahan
Jumlah
Harga (Rp)
1.
Jagung
10 kg
70.000
2.
Kanji
2,5 kg
25.000
3.
Daging sapi
1,5 kg
130.000
4.
Telur ayam
53 butir
65.000
5.
Plastic tempe
1 bungkus
7.000
6.
Plastic kemasan dan label
1 bungkus
50.000
7.
Bawang putih
1 kg
20.000
8.
Garam
1 bungkus
5.000
Jumlah
372.000

4.      Biaya barang yang disewa
No.
Nama bahan
Jumlah
Harga (Rp)
Jumlah harga sewa (Rp)
1.
Vacuum seeler
1
200.000
200.000/ bulan
Jumlah
200.000

5.      Biaya listrik dalam satu bulan Rp. 60.000
B.           Kriteria Investasi (BEP)
1.      Kripik
Biaya total pembuatan 1500 bungkus kripik dalam 1 bulan yaitu Rp 638.000
Biaya total pembuatan 1520 bungkus kripik dalam 1 bulan yaitu Rp 738.000
2.      bakso
Biaya total pembuatan 120 bungkus bakso dalam 1 bulan yaitu Rp 2.072.000
Biaya total pembuatan 125 bungkus bakso dalam 1 bulan yaitu Rp 2.130.000
a.      Untuk kripik
1)      Penentuan Ongkos Variabel per Unit (Variable Cost)

2)      Penentuan Ongkos Tetap (Fixed Cost)
a)      Untuk X (volume produksi)= 1500 bungkus
TC       = FC + cX
Rp 638.000        = FC + (Rp5 /unit x 1500 unit)
FC       = Rp 630.500
b)      Untuk X (volume produksi)= 1520 bungkus
TC       =FC+cX
Rp 738.000        = FC + (Rp 5 /unitx 1520 unit)
FC       = Rp 730.400


3)      Bila p (harga jual per satuan produk) = Rp 5.000/unit, maka jumlah yang harus diproduksi per bulan agar mencapai titik impas yaitu:
4)      Bila x = 1515 unit/bulan, maka total penjualannya yaitu:
 TR   =  pX
TR   = Rp 5.000/unit x 1515/unit
= Rp 7.575.000/bulan
5)      Penentuan Biaya Total (Total Cost)
TC    = FC + CX
= Rp 680.450 + (Rp 5/unit x 1520unit/ bulan)
= Rp 688.050/bulan
6)      Penentuan Keuntungan
Laba = TR- TC
 = Rp 7.575.000/bulan -  Rp 688.050/bulan
 = Rp 6.886.950/bulan
b.      Untuk bakso
1)      Penentuan Ongkos Variabel per Unit (Variable Cost)
2)      Penentuan Ongkos Tetap (Fixed Cost)
a)      Untuk X (volume produksi)= 120 bungkus
TC       = FC + cX
Rp 2072000    = FC + (Rp11600 /unit x 120 unit)
FC       = Rp 680.000
b)      Untuk X (volume produksi)= 125 bungkus
TC       =FC+cX
                  Rp 2.130.000 = FC + (Rp 11.600 /unitx 125 unit)
            FC       = Rp 680.000
3)      Bila p (harga jual per satuan produk) = Rp 20.000 /unit, maka jumlah yang harus diproduksi per bulan agar mencapai titik impas yaitu

4)      Bila x = 123 unit/bulan, maka total penjualannya yaitu:
TR   = pX
 TR  = Rp 20.000 /unit x 123 /unit
              = Rp 2.460.000 /bulan
5)      Penentuan Biaya Total (Total Cost)
TC = FC + CX
= Rp 680.000 + (Rp 11.600/unit x 123 unit/ bulan)
= Rp 2.106.800/bulan
6)      Penentuan Keuntungan
Laba             = TR- TC
= Rp 2.460.000/bulan -  Rp 2.106.800/bulan
= Rp 353.200/bulan

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.          Kesimpulan
Usaha produk kripik dan bakso yang bergerak di bidang industri pangan ini memiliki kriteria yang cukup baik di kota Makassar. Di mana perolehan bahan baku sangat mudah di dapatkan. selain itu, juga harga bahan bakunya tidak terlalu mahal. Namun, memilki kandungan gizi yang sangat baik bagi tubuh manusia sehingga masyarakat akan tertarik untuk mengkomsumsinya karena walaupun harganya tidak terlalu mahal tetapi merupakan produk yang bergizi. Dan produk ini dapat di gunakan sebagai makanan cemilan untuk kripik dan bakso digunakan sebagai makanan siap saji.
Meskipun usaha ini termasuk industri kecil tetapi industry ini dapat membuka lapangan pekerjaan yang cukup baik bagi masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Di mana usaha ini, proses pembuatan produknya tidak begitu sulit dan sangat sederhana. Sehingga tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus. Dan industry ini juga sudah cukup memenuhi syarat dengan penggunaan tenaga kerja yang sudah terstruktur yaitu direktur, general manajer, divisi produksi, divisi packing, divisi pemasaran, dan divisi keuangan. Adapun strategi yang diterapkan dalam usaha ini hampir sama dengan strategi usaha pada umumnya yaitu penentuan lokasi, model pemasaran, sasaran konsumen, analisis biaya, dan proses produksi yang efektif serta efisien. Dan produk ini, sudah di lakukan analisa kandungan gizinya  antara lain : kadar air, karbohidrat, asam lemak bebas, protein, dan abu.
           B.     Saran
Untuk usaha kripik dan bakso ini dapat dikembangkan dengan perlakuan beberapa variasi seperti pada kripik dengan memberiakn variasi rasa yang berbeda sehingga orang akan semakin tertarik lagi untuk mengkomsumsinya. Sedangkan pada bakso di lakukan beberapa tambahan bahan pangan agar hasilnya tidak terlalu keras dan bau tepung tempe jagungnya tidak terlalu kuat.


DAFTAR PUSTAKA
Bangalino, Herman. 2010. Jobsheet Laboratorium Kimia Organik. Jurusan Teknik
            Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang. Makassar.
            Oktober 2013)
            (diakses tanggal 1 November 2013)
http://id.wiktionary.org/wiki/tempe_jagung (diakses tanggal 10 November 2013)
            tanggal 12 November 2013)
            (diakses tanggal 12 Oktober 2013)
Lasire. 2012. Jobsheet Laboratorium Pengolahan Limbah Pangan. Jurusan Teknik
            Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang. Makassar.
Paramita, Vilia Darma dan Fajriyati Mas’ud. 2011. Jobsheet Laboratrium Kimia dan
            Nutrisi Pangan. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
            Makassar.



Lampiran Analisa Produk
A.    Analisa Kadar Air
1.      Sampel ditimbang sebanyak 1 gram menggunakan piringan plastik di dalam alat pengukur kadar air dalam keadaan terbuka
2.      Ditutup alat pengukur kadar air dengan menekan tombol hijau untuk memulai pengukuran
3.      Dihentikan pengukuran saat alat pengukur telah mengeluarkan bunyi
4.      Dicatat nilai kadar air yang tertera pada alat.
B.     Analisa Kadar Abu
Penentuan kadar abu dilakukan dengan metode pengabuan kering (dry ashing). Prinsip analisis ini adalah mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi (sekitar 650oC), kemudian dilakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut. Kadar abu ditentukan dengan prosedur sebagai berikut:
1.      Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan yang telah ditimbang kemudian dibakar diatas hot plate (dalam ruang asam) untuk meminimalkan asap/jelaga hitam yang muncul pada saat proses pengabuan.
2.      Cawan yang berisi sampel di masukkan kedalam tanur pengabuan dan dibakar sampai di dapat abu yang berwarna keabu-abuan. Suhu pemanasan dinaikkan secara bertahap sampai suhu mencapai 650oC dan dibiarkan selama 1 jam.
3.      Setelah suhu tunggu pengabuan turun sekitar 200oC, cawan yang berisi abu tersebut didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan kemudian ditimbang beratnya. Perlakuan ini diulang sampai mencapai berat yang konstan.
C.    Analisa Protein
1.      Disiapkan sampel 2 gram
2.      Ditambahkan katalis 7 gram (Cu-Sulfat: Na- Sulfat); (1:9)
3.      Ditambahkan 25 ml H2SO4
4.      Dilakukan proses destruksi hingga diperoleh warna sampel yang sama dengan warna blangko
5.      Dipindahkan hasil destilat ke dalam labu destilat
6.      Ditambahkan aquadest dengan perbandinga 1:4 terhadap H2SO4 secara perlahan-lahan
7.      Ditambahkan NaOH 30% ke dalam labu destilat hingga terbentuk endapan hitam
8.      Didestilasi larutan tersebut hingga diperoleh volume ¾ volume destilat. Penampungan destilat dilakukan di dalam erlenmeyer dan menggunakan asam boraks sebagai zat penampung
9.      Dititrasi hasil destilat menggunakan HCl 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda.
10.  Dicatat volume titasi terhadap sampel dan blangko.
D.    Analisa Karbohidrat
1.      Ditimbang dengan teliti 1 gram sampel, dimasukkan dalam Erlenmeyer asah
2.      Ditambahkan 150 mL HCl 3% dan batu didih
3.      Dihidrolisis selama 3 jam
4.      Dinetralkan dengan NaOH 30% ( digunakan kertas pH )
5.      Dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL lalu ditanda bataskan
6.      Disaring dengan kertas saring lalu dipipet 100 mL kedalam Erlenmeyer asah
7.      Ditambahkan 25 mL larutan luff, 15 mL air dan batu didih
8.      Dididihkan selama 10 menit
9.      Ditambahkan 2 gram KI 30% dan 25 mL asam sulfat 4N
10.  Dititrasi dengan Tio 0.1 N dengan indicator kanji
11.  Perlakuan yang sama untuk blanko
E.     Analisa Lemak
1.      Ditimbang 5 gram sampel
2.      Ditambahkan 50 ml heksan
3.      Dituangkan sampel ke dalam tabung sentrifuge
4.      Dilakukan sonifikasi pada sampel selama 15 menit
5.      Dilakukan sentrifuge pada sampel selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm
6.      Dipisahkan sampel dari heksan dan ditampung hekasan tersebut ke dalam gelas kimia kaca (gelas kimia telah ditimbang berat awalnya)
7.      Dilakukan seluruh prosedur diatas sebanyak 3 kali terhadap sampel yang tersisa dalam setiap perlakuan
8.      Diuapkan heksan yang diperoleh dari perlakuan diatas hingga yang tersisa pada gelas kimia berupa lemak
9.      Ditimbang gelas kimia yang berisi lemak tersebut
10.  Dihiting kadar lemak dari sampel


















Lampiran Hasil dan Perhitungan Analisa Produk
A.    Analisa Kadar Air
Untuk kripik tempe = 92,34%
Untuk bakso tempe = 61,19%
B.     Analisa Kadar Abu
1.      Untuk kripik :
Berat cawan kosong    = 19,1616 gr
Berat sampel               = 5,0012 gr
Berat cawan + abu      = 19,2432gr
Berat abu                     = 19,2432gr - 19,1616 gr
                    = 0,0816 gr
= 1,63%
  1. Untuk bakso :
Berat cawan kosong    =  19,9978 gr
Berat sampel               = 5,0016 gr
Berat cawan + abu      = 20,1015 gr
Berat abu                     = 20,1015 gr - 19,9978 gr
                                 = 0,1037 gr
 
=  2,07 %

C.    Analisa Karbohidrat
1.      Untuk kripik
Volume peniter                       = 21,1 mL
mg glukosa 25,6 – 21,1           = 4,5 ml
5 ml ~  9,7
0,5 ~ 0,5 x 9,7                         = 4,85

        
             
2.      Untuk bakso
Volume peniter                       = 22,3 mL
mg glukosa 25,6 – 22,3           = 3,3 ml
3 ml ~  7,2
0,3 ~ 0,3 x 7,2 = 2,16
C.    Analisa asam Lemak Bebas
Berat gelas kimia kosong              = 88,322 gram
Berat gelas kimia+heksan = 171,16 gram
Volume sampel+heksan                = 140 ml
Berat gelas kimia+lemak               = 88,347 gram
Berat sample                                 = 5,0286 gram


  1. Untuk keripik

  1. untuk bakso


D.    Analisa Protein
1.      Untuk keripik           
a.       Simplo      
berat sampel          =2,0005 gr
= 2000,5 mg
vol.peniter             =7,6 ml
% Protein = 


b.      Duplo
berat sampel          =2,0000 gr = 2000,0 mg
vol.peniter             =7,4 ml
% Protein = 

                    
2.      Untuk bakso
a.       Simplo      
berat sampel          =2,0015gr = 001,5 mg
vol.peniter             =10,5 ml
% Protein =
                  =
                  = 7.44 %
b.      Duplo
berat sampel          =2,0017 gr = 2001,7 mg
vol.peniter                         =10,7 ml
Volume peniter blangko    = 0,3 ml
N HCl                                           = 0,1 N
BM HCl                            = 36,5 gr/mol
Fk                                      = 4
% Protein =
                  =  
                  = 7,58 %


Lampiran gambar – gambar
A.    Jagung kuning

B.     Tempe jagung kuning



C.     Keripik

D.    Bakso

No comments:

Post a Comment